Akhlak,
Al-Qur’an, dan Perawan
Anda pintar ngaji Al-Qur'an? Lah kok ketika dewasa
merasa ilmu Al-Qur’annya tidak manfaat, atau hanya laku untuk diri sendiri
saja? Bisa jadi ada yang bermasalah dengan cara meraih ilmu Al-Qur’an itu.
Sebelum memulai belajar Al-Qur'an orang tua harus memastikan beberapa hal pada anaknya. Tidak lain hal-hal tersebut berkaitan dengan akhlak anak terhadap Al-Qur’an.
Karena belajar itu pada dasarnya mengutamakan AKHLAK dulu baru materinya.
Berikut adalah hal-hal remeh (-+) yang perlu ditinggalkan anak-anak sebelum
memulai mengaji:
1.
Menjulurkan
Mushaf
Penjelasannya adalah membawa Al-Qur’an
(mushaf) dengan cara digelantungkan kebawah. Cara membawa seperti ini tidak
mencerminkan memuliakan Al-Qur’an, cenderung menyamakannya dengan buku bacaan,
koran, majalah, atau komik.
Yang tepat adalah dengan mendekapnya di dada dengan tangan kanan. Atau
membawanya seperti biasa dengan mengangkatnya sekira berada diatas 2 pintu
pembuangan manusia.
2.
Menindih
Mushaf
Penjelasannya adalah meletakkan
mushaf dibawah buku, majalah, komik dsb atau menindihnya dengan barang-barang
lain. Al Quran harus selalu diletakkan diatas atau diletakkan menyendiri di
tempat yang mulia dan terawat.
3.
Menjulurkan
Kaki ke Arah Mushaf
Penjelasannya adalah ketika Al-Qur’an
diletakkan di atas bangku secara tidak sengaja kaki anak-anak menjulur ke
arahnya. Ketika mengetahui hal ini orang tua seyogyanya memberitahu mereka
bahwa hal ini tidak sopan.
4.
Mencorat-coret
Mushaf
Mushaf adalah barang mulia yang
tidak seharusnya menjadi media penyaluran apresiasi anak-anak. "Keep clean
your mushaf", jangan dicorat-coret, buka pelan-pelan supaya tidak sobek.
5.
Meletakkan
Mushaf di Lantai
Di antara lantai dan mushaf kita
tahu memiliki perbedaan yang sangat jauh. Lantai (tanah) identik dengan
diinjak-injak atau terhina, sedangkan mushaf adalah barang mulia yang harus
diperlakukan spesial. Tentunya cara meletakkannya harus mulia, kecuali kalo
kita tidak bisa membedakan mana tempat yang mulia mana tempat yang hina!
Walhasil, Al-Qur’an (mushaf) ibarat seorang perawan yang hendak dipinang
seorang jejaka, dalam hal ini anak-anak (atau juga) kita. Kalo jejaka itu tidak
memperlakukannya dengan lemah lembut dan hormat bagaimana mungkin sang perawan
bisa menerima pinangannya? Mustahil.
Namun di antara Al-Qur’an (mushaf) dan perawan memilki perbedaan yang mencolok.
Kalo perawan, ia akan mencampakkan kita setelah meninggal dan enggan menemani
kita di alam kubur. Sedangkan Al-Qur’an, ia lebih setia, dan senantiasa
menemani kita di lintas kehidupan: dunia - alam kubur - atau ketika di
akhirat.
Wahai para orang tua, sudahkan anda
memastikan bahwa hal-hal diatas tidak dilakukan oleh anak-anak?
Semoga manfaat dan mohon masukan.
Salam hormat dan cinta
Mochamad Ihsan Ufiq
Doha, 24 April 2015
0 Komentar