Translate This Web

Artikel Populer Dalam 30 Hari Terakhir

Bentuk Bibir Ketika Membaca Tarqiq & Tafkhim

 


Bentuk Bibir Ketika Membaca Tarqiq & Tafkhim


Bagi saya, keindahan membaca Al-Qur’an yang paling nampak adalah pada tebal-tipisnya. Sifat tebal yang biasa dikenal tafkhim, atau sifat tipis yang biasa dikenal tarqiq adalah bukti salah satu bentuk kefasihan mengucap huruf arab yang tidak dimiliki bahasa lain.

 

Langsung saja, sebagai pengingat dan pendasaran tentang tafkhim-tarqiq:

·   Tafkhim: Suara menebal, lidah terangkat ke arah atas langit-langit atas mulut. Huruf-hurufnya:  خ ص ض غ ط ق ظ, plus ر dalam keadaan berharakat dhommah & kasroh. Nama lainnya adalah sifat ISTI'LA

·    Tarqiq: suara menipis, lidah menetap di bawah tidak terangkat, Huruf-huruf nya selain di atas. Nama lainnya adalah ISTIFAL


Selama saya membaca kitab-kitab tajwid, saya belum pernah mendapati sang pengarang mengupas bagaimana bentuk bibir ketika mengucapkan huruf-huruf istifal dan isti'la'. Umumnya yang di soroti hanya terangkat dan tidak nya lisan ke arah langit-langit atas.


Namun saya berkesimpulan sementara bahwa bentuk bibir ketika mengucapkan huruf istifal harus seperti orang tersenyum melebar kanan-kiri. Adapun huruf-huruf isti'la' bentuk bibir harus menyempit/menguncup bukan monyong. Kesimpulan inilah yang saya ajukan ke guru saya dan alhamdulillah beliau membenarkannya meski tidak ada referensi baku dari kitab tajwid.


Beliau menyebut bentuk tersenyum (istifal) dengan:
الإمتداد (Al Imtidad) artinya memanjang ke arah kanan-kiri. Sedangkan yang menguncup (tafkhim) dengan: الإنكماش (Al Inkimasy) artinya menguncup.


Kedua sifat istifal (tarqiq) dan isti'la' (tafkhim) adalah sifat laazimah artinya melekat pada huruf pada setiap keadaannya, baik ketika berharakat, bersukun atau bertasydid. Oleh karenanya setiap huruf istifal, bentuk kedua bibir harus selalu dalam keadaan IMTIDAD, sedangkan setiap huruf isti'la kedua bibir harus berbentuk INKIMASY. Jika tidak demikian, bisa terjadi perubahan suara baca, huruf bahkan perubahan makna.

Sebelum menyebutkan contoh, untuk istilah IMTIDAD akan saya terjemahan tersenyum. Adapun INKIMASY saya terjemah dengan menguncup untuk mempermudah pemahaman.



Contoh-contoh:

1.      Kalimat وتواصوا

·         WATAWAA: Semuanya huruf istifal (tarqiq), bibir harus tersenyum

·         SHOU: Huruf isti'la (tafkhim), bibir harus menguncup.

Jika suara SHOU bibir dalam keadaan tersenyum maka akan menjadi وتواسوا.  Silakan dicoba!

2.      Kalimat خسر: Khusr (dalam keadaan berhenti).

Pada kalimat tersebut terdapat susunan sebagai berikut:

·         Huruf خ: Tafkhim (INKIMASY) menguncup

·         Huruf س: Tarqiq (IMTIDAD) tersenyum

·         huruf ر: Tafkhim (INKIMASY) menguncup

Jika ketika mensukun س tidak tersenyum maka kalimat diatas akan menjadi: خصر

3.      Kalimat محذورا

·         MAH: Tarqiq, bibir tersenyum

·         Dzuu: Tarqiq, untuk memulai membaca ذ harus dari senyum lalu manyun mecucu karena dhommah

Jika setelah membaca MAH dalam keadaan tersenyum lalu langsung membaca ذ tidak memulainya dengan senyum maka suara baca akan menjadi: محظورا. Silahkan dicoba pelan-pelan sambil dihayati untuk membedakannya.

4.      Kalimat أضل (waqaf)

·         A: Istifal, senyum

·         DHOL: Isti'la, menguncup lalu dalam keadaan mensukun ل bibir harus tersenyum.

Kalau tidak dikembalikan ke tersenyum ketika mensukun ل maka suara ل akan menjadi tebal seperti ketika mengucap huruf ل pada kata الله



Di atas adalah 4 contoh yang menjelaskan pentingnya memainkan bentuk bibir (senyum-menguncup) dalam membaca Al-Qur’an. Mengingat karena huruf-huruf Al-Qur’an hanya terbagi menjadi 2: tebal-tipis, maka senyum-menguncup ini akan ketara terlihat. Dan masih banyak ratusan ribu contoh lain yang kita bisa ketahui lewat bimbingan para ustadz yang kompeten dalam ilmu tajwid.



Maka tidak salah jika Imam Ibn Jazari berwasiat:


وليس بينه وبين تركه     #     إلا رياضة امرئ بفكه


Arti bebasnya: Kalau mau bagus ngajinya, harus capek latihan pada rahangnya.



Namun kalau sudah terlatih tidak perlu capek-capek lagi. Pemahaman saya, perkataan beliau "latihan dengan rahangnya" adalah isyarat bahwa membaca Al-Qur’an tidak boleh kayak orang menggerutu (ngunyah makanan, jawa: nggremeng). Seseorang juga harus memainkan kedua bibirnya supaya huruf-huruf terdengar sempurna tebal-tipisnya.



Barangkali ada yang hendak mengkritik saya silahkan dengan baik.



Semoga ada sedikit manfaat



Salam perdamaian & persaudaraan

Mochamad Ihsan Ufiq

Doha, 5 Januari 2016

 


Posting Komentar

5 Komentar

  1. bismillah...assalaamu"alaykum..maaf saya ingin bertanya..di materi awal disebutkan tafkhim itu adalah dalam keadaan berharokat dhommah dan kasroh, bagaimanakah dengan fathah? apakah dalam keadaan kasroh huruf2 yang sifatnya tafhim jg tingkatannya sama tebalnya dengan dhommah?mohon bimbingannya..baarokallaahu fiikum

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedikit perbaikan, ra yang tafhim adalah ra yang dhammah dan fathah bukan kasroh. Sementara ra yang kasroh adalah tarqiq

      Hapus
  2. mhon maaf beda pengrtian, klau saya tebal tipis itu dari bunyi hruf O bila fathah dan pngkal lidah hrus terangkat juga, kamu lihat semua bacaan lam di alquran dibaca La bila fathah kecuali di lafad Allah dibaca Alloh bkan Allah, jadi bila Allah tipis, Alloh tebal, dan liat juga semua huruf isti'la Ada Kho,Tho,Zho,Dhod,Qof,Shod..
    mngkn knpa itu ga kmu temui di kitab tajwid

    BalasHapus
  3. Sedikit perbaikan, ra yang tafhim adalah ra yang dhammah dan fathah bukan kasroh. Sementara ra yang kasroh adalah tarqiq

    BalasHapus
  4. Ada refrensi tentang inkimasy ust

    BalasHapus