Mengkritisi
Bacaan “NAQL” Pada Potongan Ayat “Bi’Salismul Fusuuq”
Allah Swt. dalam surat Al-Hujurat ayat 11 berfirman:
ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻻ ﻳَﺴْﺨَﺮْ ﻗَﻮﻡٌ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻡٍ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻮﻧُﻮﺍ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻭَﻻ
ﻧِﺴَﺎﺀٌ ﻣِﻦْ ﻧِﺴَﺎﺀٍ ﻋَﺴَﻰ ﺃَﻥْ ﻳَﻜُﻦَّ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻨْﻬُﻦَّ ﻭَﻻ ﺗَﻠْﻤِﺰُﻭﺍ ﺃَﻧْﻔُﺴَﻜُﻢْ ﻭَﻻ ﺗَﻨَﺎﺑَﺰُﻭﺍ
ﺑِﺎﻷﻟْﻘَﺎﺏِ ﺑِﺌْﺲَ ﺍﻻﺳْﻢُ ﺍﻟْﻔُﺴُﻮﻕُ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻹﻳﻤَﺎﻥِ ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘُﺐْ ﻓَﺄُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟﻈَّﺎﻟِﻤُﻮﻥ
َ
Pada ayat tersebut terdapat
satu bacaan yang menurut beberapa kitab tajwid termasuk "Ghoroib"
(bacaan-bacaan aneh). Letaknya pada potongan kalimat yang berbunyi
"Bi'salismul fusuq”. Tapi menurut kitab tajwid yang lain bukan termasuk
darinya. Nama bacaan yang "kontroversial" dalam penamaannya sering
disebut bacaan "Naql".
Lalu apakah benar potongan ayat tersebut disebut "Naql”? Mari kitaanalisa
secara ilmiyyah melalui kaedah Qiraat yang di paparkan oleh para ulama tajwid.
"Naql" secara istilah adalah memindahkan harakat ke huruf sebelumnya.
Sebagai contoh dalam bacaan Imam Warsy dari Nafi’:
ﺍﻻﺭﺽ
Baca : Al ardhu dibaca alardhu.
Para ulama Qira’at telah merumuskan bacaan "Naql" ini dengan tiga
syarat. Dimana jika satu dari 3 syarat ini tidak terpenuhi maka tidak sah
dinamakan "Naql".
Imam Syatibi (pengarang Nadzam Syatibiyyah dalam Qira’at sab'ah) berkata dalam
awal bait bab "Naql" dalam Nadzam Syatibiyyah:
. ﻭﺣﺮﻙ ﻟﻮﺭﺵ ﻛﻞ ﺳﺎﻛﻦ ﺍﺧﺮ # ﺻﺤﻴﺢ ﺑﺸﻜﻞ ﺍﻟﻬﻤﺰ ﻭﺍﺣﺬﻓﻪ ﻣﺴﻬﻼ
Beliau menjelaskan bahwa Imam
Warsy dari Nafi membaca "Naql" dengan 3 syarat:
1. Terdapat sukun pada
akhir kalimat dan hamzah pada kalimat berikutnya. Artinya sukun dan hamzah
tidak pada 1 kalimat, harus berbeda tempat.
2.
Huruf yang berharakat
sukun harus huruf asli bukan huruf mad seperti pada:
وفى انفسكم
3. Huruf yg di baca
"Naql" adalah huruf hamzah (Yang dimaksud adalah hamzah Qoth atau
hamzah asli bukan hamzah washal).
- Hamzah Washal adalah
hamzah pada awal kata yang tidak dibaca ketika kemasukan huruf berharakat
sebelumnya. Contoh kata: Imroatun, ketika disisipi huruf "Wa"
sebwlumnya, maka bacanya Wamroatun.
- Hamzah Qoth adalah
hamzah yang tetap dibaca ketika kemasukan huruf berharakat sebelumnya. Contoh kata:
Ardhun. Ketika disisipi huruf "Wa" sebelumnya, maka bacanya tetap Wa
ardhun, bukan wardhun seperti contoh di atas.
Setelah kita mengetahui 3
syarat bacaan "Naql" diatas, mari kita terapkan pada potongan kalimat
pada surat Al hujurat Ayat 11 ini. Apakah ia cocok disebut "Naql" ???
Dari ke-3 syarat tersebut ada satu syarat yang tidak terpenuhi. Syarat tersebut
adalah syarat ke 3. Dalam syarat tersebut disebutkan bahwa hamzah yang dibaca
"Naql" harus hamzah qoth. Sedangkan kata: Ism dalam surat Al-hujurat
ini adalah hamzah washal.
Untuk membuktikan bahwa hamzah disini adalah hamzah washal kita bisa
mengetahuinya pada bacaan basmalah. Kita membacanya dengan: Bismillah, bukan bi
ismillah.
Sehingga bisa saya tarik
kesimpulan terdapat bertemunya 2 huruf yang di sukun pada kata "al
ism" ini. 2 huruf yang bersukun tersebut adalah "lam" dan
"siin".
Para ulama tajwid atau bahasa arab telah menetapkan sebuah kaidah: Jika 2 huruf
sukun bertemu, maka huruf yang pertama dikasrah agar mudah untuk dibaca.
Sebagaimana pada potongan ayat:
- بل الذين كفروا
- قل الله اعبد
- قل هو الله احد (1) الله الصمد
(2)
Bacanya:
- Balil ladziina BUKAN bal
al ladziina
- Qulillaaha a'bud BUKAN
qul allaha a'bud.
- Qul huwallahu
ahadunillaahus shamad (bacaan ketika disambung ayat pertama dan kedua) BUKAN
ahadun allahus
Dalam
dunia tajwid bacaan seperti ini dinamakan: At takhallus minil tiqoois
saakinaini (menghindar dari 2 huruf yang disukun).
Kesimpulan
Potongan ayat pada surat Al-hujurat 11 yang berbunyi " Bi'salismul fusuuqu
" kurang tepat jika dinamakan bacaan "Naql", lebih tepatnya dinamakan:
At Takhallus Minil Tiqoois Saakinaini.
Sebabnya
adalah salah satu dari 3 syarat bacaan "Naql" tidak terpenuhi pada
kata " Al ismu ", yaitu hamzah pada kata "ismu" bukan
hamzah Qath, akan tetapi hamzah washal.
Sebagai cataan akhir bahwa menurut bacaan Hafs dari Ashim (bacaan yang kita
baca sehari-hari) tidak didapati bacaan "Naql" sama sekali.
Mohon koreksi dan pembenaran para pembaca jika terdapat kesalahan dalam
penguraian ini. Jazakumullahu khairon.
Wallahu a'lam.
0 Komentar