Translate This Web

Artikel Populer Dalam 30 Hari Terakhir

Kata "اليقين" Di Dalam Al Quran


 


1. Nama Khat Yang Tertulis

Khat Farisi adalah gaya penulisan kaligrafi Arab yang berasal dari Iran. Gaya ini berkembang pada abad ke-7 M dan mencapai puncak popularitas pada abad ke-14 M. Khat Farisi memiliki bentuk huruf elegan dengan garis lengkung halus. 

Gaya tulisan ini digunakan dalam penulisan Al-Qur'an, manuskrip ilmiah, puisi, dan seni kaligrafi. Khat Farisi menjadi simbol budaya dan seni tulis di Iran dan sekitarnya, dihormati dalam dunia kaligrafi Arab.

2. Konten Yang Tertulis

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ (الحجر - 99) 

Ini adalalah sepotong ayat di QS. Al Hijr 99 yang memiliki makna, "Sembahlah tuhanmu hingga 'Al Yaqin menjemput".

3. 4 Makna Kata اليقين  Di Al Quran 

Terdapat 28 pecahan kata yang memiliki makan اليقين  di Al Quran. Namun keseluruhannya dapat di pusatkan pada 4 makna:

a. Kejujuran dan mengakui kebenaran 
وجئتك من سبإ بنبإ يقين} (النمل:22)
Sari makna: Ucapan Nabi Sulaiman As kepada Bilqis bahwa ia datang dari negeri saba' dengan bermodal informasi yang valid dan benar

وبالآخرة هم يوقنون} (البقرة:4)
Sari makna: diantara tipikal atau sifat-sifat orang yang bertaqwa, mereka membenarkan dan mengakui adanya kehidupan akhirat.

b. Kematian

Dalam hal ini diwakili oleh ayat yang menjadi topik kita pada foto. Sehingga sari makna ayat adalah perintah supaya menyembah Allah Swt hingga ajal menjemput (husnul khatimah).

c. Faktual dan nyata atau nampak

كلا لو تعلمون علم اليقين} (التكاثر:5)
Sari makna: Andaikata manusia dapat melihat hukuman akhirat secara nyata (dengan mata kepala mereka) bahwa perbuatan membangga-banggakan dunia mereka, serakah akan harta, sibuk mencari dunia dan melupakan akhirat, niscaya mereka akan insaf.
{ثم لترونها عين اليقين} (التكاثر:7)
Sari makna: Di hari kiamat mereka akan melihat jelas balasan berupa neraka "jahim" akibat perbuatan mereka.

d. Ilmu (sesuatu yang pasti)
وما قتلوه يقينا} (النساء:157)
Sari makna: Orang-orang yang merasa telah membunuh nabi Isa As, sebenarnya mereka ragu-ragu (bukan atas dasar kepastian) bahwa yang mereka bunuh adalah nabi Isa.

4. 5 Tingkatan Prasangka Dalam Islam

a. Al-Yakin (yang bermakan ilmu dan validitas)
Persentase: 100 %
Contoh-contoh:  
  • Allah Swt itu esa, dan Muhammad Saw adalah utusannya
  • Satu ditambah satu sama dengan dua dll
b. Adz-Dzann (yang bermakna anggapan benar)
Persentase: 51-99
Contoh-contoh: 
  • Menurut imam As Syafii bahwa menyentuh istri dapat membatalkan wudhu karena statusnya adalah ajnabi (orang lain meski sudah dinikahi) bukan mahram.
  • "Saya masih punya wudhu kayaknya, karena seingat saya tadi keluar masjid sehingga disimpulkan tidak sampai kentut"
c. As-Syak (keragu-raguan)
Persentase: 50 %
Contoh-contoh: 
  • Ragu dengan bilangan shalat yang di dapat, apakah 3 atau sudah 4 rakaat. Tidak ada hal yang mengarahkannya ke arah 4 rakaat. Dalam hal ini menurut ilmu fiqih dianjurkan untuk mengambil bilangan terkecil sebagai bentuk kehati-hatian, meskipun sesungguhnya ia telah masuk rakaat ke 4 .
  • Ragu dengan keberadaan Allah Swt dan syariat islam -wal iyadzu billah- akibat membaca buku buku atheis dengan dasar kefahaman islam yang lemah tanpa mau bertanya kepada para ahli di bidangnya. Namun disisi lain merasa Allah Swt maha esa.
d. Al-Wahm
Persentase: 1-49 %
Contoh-contoh: 
  • Melakukan shalat dzuhur dengan perkiran-perkiraan waktu saja tanpa memastikan waktu telah masuk, baik melalui bertanya kepada orang yang tahu, memastikan melalui jam shalat hp yang terupdate dan online, memastikan lewat matahari yang telah zawal dll.
  • Melakukan tayammum dengan anggapan bahwa 6 jam lalu tidak ditemukan air setelah berusaha mencari, tanpa mau mengecek ulang keberadaan air, padahal air sudah ada. 
e. Al-Jahlu
Persentase: 0 %
Contoh-contoh:
  • Suku-suku pedalaman yang tidak sampai kepada mereka dakwah islam, tidak ada internet, hp, tidak ada dai islam yang mengenalkan islam. Mereka dihukum "majhul" dengan islam, nasib mereka kelak dikembalikan kepada Allah Swt dan tidak dikenai kewajiban syariat. 
  • Berbicara tentang sebuah hal tanpa mengetahui dan mempelajari ilmunya terlebih dahulu. 

Posting Komentar

0 Komentar